Happy birthday Dilan
Happy birthday Dilan
Happy birthday
Happy birthday
Happy birthday Dilan
Lagu
selamat ulang tahun yang khusus aku dan teman- teman nyanyikan untuk Dilan.. Rencana memang rencana, apabila Tuhan berkehendak lain hancurlah semua
yang telah direncanakan. Sama seperti sekarang kita yang meniatkan untuk
membuat surprise tetapi semua rencana itu gagal. Dilan yang telah membuat acara
dengan teman atletiknya pergi merayakan ulang tahun bersama mereka, sedangkan
aku masih sibuk dengan rencana yang aku dan teman- teman adit buat. Sebelumnya
aku telah membuat rencana untuk memberikan surprise ke rumah Dilan dan itu
terlaksana sampai kita tiba dirumah Dilan . Tetapi surprise itu gagal, karena Ibunya Dilan menelpon Dilan untuk menuyuruhnya pulang dengan nada tertawa ditambah
lagi kita memarkir motor di garasi rumah Dilan.
Aku yang
membuat rencana itu sendiri merasa sedikit kesal karena semuanya gagal, tapi yasudahlah yang penting aku sudah berusaha memberikan yang terbaik.
Perayaan
ulang tahun adit cukup sederhana, memotong kue ulang tahun dan memberikan kue pertamanya khusus untuk wanita yang spesial dihatinya, aku. Setelah acara potong kue, Ibu Dilan menawarkan bakso yang lewat didepan rumah beliau. Dan tanpa sungkan
sungkan, kita memakan bakso itu dengan nikmat walaupun sekali kali pandanganku
mengarah kepada mantannya Dilan yang waktu itu sengaja meramaikan suasana, entah
itu sengaja untuk menarik perhatian Dilan atau tidak. Ulang tahun Dilan kali ini
cukup membuatku sedikit kesal, acara ini sengaja aku buat untuk merayakan
ulang tahun dan acara ini juga yang menjadi kesempatan teman- teman Dilan untuk
membahas masalah paskibra. Aku yang bukan anak paskibra hanya bisa diam,
sedangkan mereka tertawa puas di acara yang aku adakan.
“Git, lo
ga bete apa ini kan acara lo kenapa malah mereka yang banyak bicara ?” salah
satu teman sekelasku yang aku ajak ke acara ulang tahun adit berbisik sambil
melihat sinis pada teman- teman Dilan
Aku hanya
terdiam, tidak mau terlalu menanggapinya walaupun hatiku saat itu benar benar
ingin menangis.
Kriing..kring..kring
Suara
hpku yang bernada kecil mengagetkan seisi rumah, karena bunyinya disaat suasana hening. Aku melangkah keluar lalu mengangkat telepon dari nomor yang tidak
aku kenal.
“Halo
assalammualaikum” ucapku dengan suara agak pelan
“Wallaikumsalam,
apa kabar git ? masih ingat aku ga ?”
Ini orang to the point banget langsung bertanya aku masih mengenal dia tanpa menungguku
Ini orang to the point banget langsung bertanya aku masih mengenal dia tanpa menungguku
menjawab pertanyaan sebelumnya yang dia lontarkan
“Ingat
kamu ? maaf sebelumnya aku lupa ini siapa, bisa memberitahuku ?”
“Ini Guntur
wid, masih ingat engga ?”
Aku
terdiam, otakku seolah sudah diatur untuk mengingat masa laluku yang kelam.
Tapi aku berusaha untuk pura- pura tidak mengingatnya
“Guntur ? Guntur siapa ?”
“Guntur
teman SMP kamu git, waktu di rengat, masa kamu lupa ?” aku menelan ludah, ternyata
benar sosok orang yang dulu aku cintai muncul lagi dihidupku tanpa meminta izin
terlebih dahulu kepadaku
“Ohh iyaa
aku baru ingat, a..a..da apa yaa tur ?” aku mendadak menjadi gagap karena tidak
tahu harus berbicara apa.
“Aku mau
ketemu git, ada satu hal yang mau aku omongin”nada suara Guntur terdengar serius
“Mau
ngomongin apa tur ? kenapa ga lewat telepon aja ?”
“Ga bisa git, ini penting banget. Aku mau ngomong langsung sama kamu”. Nada suara Guntur
terdengar makin serius, aku mulai curiga dengan gaya bicaranya.
“Tapi
sorry tur, aku lagi ada acara jadi ga bisa ketemu sama kamu sekarang. Gimana
kalo besok ?”
“Pleaaasee git, sekali ini aja. Aku mau ketemu sama kamu selagi aku di Bogor ”
“Sorry
banget tur, aku ada acara penting jadi gabisa menemuimu” aku langsung mematikan
telepon itu tanpa mengatakan pada Guntur terlebih dahulu.
Suara
handphoneku berdering lagi dan itu di nomor yang sama, aku ragu mau mengangkat
telepon. Tapi jempol kananku sudah memencet tombol untuk mengangkat telepon.
“Halo tur,
ada apalagi ?” ucapku singkat
“Git, aku
sayang sama kamu. Aku benar- benar merasa kehilangan kamu saat kamu pindah". Aku
yang mendengar ucapan Guntur langsung kaget. Kenapa dia baru menyatakan cintanya
sekarang ?
“Apa tur
? kamu suka sama aku ? Kenapa tidak dari dulu tur kamu menyatakan perasaan cintamu
ke aku ? Kenapa disaat aku sudah mempunyai kekasih kamu baru ada ? Apa kamu
berniat untuk menghancurkan hubunganku yang telah tersusun secara rapi ?”
“Gii..ii..it..
kamu salah paham tentang semua ini” “. aku tahu kalo dulu kamu pernah memendam
perasaan sama aku dan aku memang tidak menyadarinya. Tapi asal kamu tahu, aku
juga menaruh perasaan git sama kamu. sudah 4 tahun aku mencari info tentang
kamu, tidak ada satupun orang yang tahu kamu dimana dan nomor hp kamu berapa.
Aku sempat bingung dan kehabisan akal, aku menyesal telah membiarkan kamu pergi
begitu saja. Tapi aku bahagia git, aku berhasil menemukan nomor hpmu di salah
satu sahabatmu, Dilla. Walaupun aku tahu aku telat untuk mengungkapkan semua
ini.
“Guntur,
ucapanmu terlalu dramatis dan tampak mengada- ada. Kamu sudah tahu kan kalo aku
mencintaimu dari awal aku di jodoh- jodohkan sama teman temanku ? 3 tahun Tur, aku memendam perasaan ini dan selama itu juga kamu
tidak bisa menyadarinya padahal aku sangat berharap saat itu kamu bisa
merasakan perasaan aku. Aku pindah kebogor juga aku masih memendam perasaan
itu. Sulit untuk melupakannya karena semua ini masih terlalu sakit”.
“Git,
jujur, aku dulu belum terlalu mengenalmu, aku belum tahu sifatmu daan aku belum
siap untuk menyatakan perasaan ini”.
“Belum
siap katamu ? lalu apa maksud dari sikapmu yang meludahiku saat kita berpapasan
dibelakang mesjid sekolah ? Aku merasa hina kan Tur untukmu ? Aku sadar Tur aku
tidak pantas untukmu. Aku hanya wanita jelek, bodoh dan miskin yang menyukai
seorang lelaki yang mempunyai segalanya”.
“Git...please
hentikan semuanya”
“Lalu apa
maksudmu melihatku disaat kelas kamu dan kelas aku digabungkan diwaktu renang ? Kamu mau memberiku harapan palsu ? Tatapanmu tur, aku tahu matamu itu sedang
menatap mataku dan aku merasakan itu. Detak jantungku berdegup lebih kencang,
tidak seperti biasanya kamu menatapku dengan tatapan seperti itu. Aku tidak
bermaksud kegeeran tapi di belakangku memang tidak ada orang. Apa maksud
tatapan itu Tur ? Kamu ingin membuat aku merasakan getaran cinta yang kamu beri
lewat tatapan itu ? Hatiku berbunga Tur ketika temanku mengatakan kalo kamu
lagi melihatku tanpa berkedip. Hanya dua kenangan itu yang masih tersimpan di otakku.”
Air mataku mulai jatuh perlahan, aku tidak peduli dengan apa yang aku ucapkan. Disaat yang sama ternyata Dilan mendengar obrolanku dengan Guntur tanpa sepengetahuanku.
Air mataku mulai jatuh perlahan, aku tidak peduli dengan apa yang aku ucapkan. Disaat yang sama ternyata Dilan mendengar obrolanku dengan Guntur tanpa sepengetahuanku.
“Aku bisa
jelasin semuanya git, tapi aku mau ketemu sama kamu sekarang”
“Engga tur, buat apa aku menemuimu. Aku sudah mempunyai kekasih yang lebih baik dari
yang aku harapkan. Dan aku mohon Tur, jangan ganggu kehidupanku lagi mulai
detik ini”. Aku mematikan telepon dan kembali keruang tamu tempat dimana teman-
temanku berkumpul. Aku berusaha menyembunyikan muka sedihku tapi seorang adit
bisa merasakan itu dan dia menanyakan apa yang terjadi padaku.
“ Kamu
kenapa menangis ? Siapa yang menelepon kamu ? Dia bilang apa ke kamu ? “ Dilan
seolah olah ingin tahu apa yang terjadi padaku dengan cara menginterogasi aku
yang berpura- pura tegar didepannya.
****Bersambung****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar