WELCOME

WELCOME

Rabu, 04 Januari 2012

Kesalahan itu.......


Vasa menunggu temannya disalah satu mall di bogor. Hampir 2 jam ia menunggu tetapi temannya belum datang juga. Vasa menggerutu kesal lalu ia menelepon temannya.

“Dimana lu ? ucapku kesal.”

“Ihh maaf banget yee gue ngaret nih ada urusan sama nyokap gue.”

“Yee lu mah gue udah nunggu dari tadi nih, lama banget sih. Gue jalan –jalan dulu aja deh yaa, ntar telepon gue aja kalo udah nyampe.”

“Oke sipp, ntar gue telepon kalo udah nyampe. Lu jangan kemana-mana yee. Bye.”

Iyaaa jawabku singkat. Aku lalu mematikan hp ku dan berjalan sendiri mengelilingi mall yang besar itu seperti anak hilang yang sedang mencari mamanya. Ketika sedang asik melihat lihat, tiba2 seorang pria berlari ke arahku dengan membawa setumpuk buku.

Gubraaaaakkk !! pria itu menabrak tubuhku, spontan saja kami berdua jatuh bersamaan dengan buku2 yang dia bawa itu.

“Ehh liat liat dong kalo mau jalan, punya mata tuh dipake ucapku dengan judes sambil membantu pria tsb membereskan bukunya.”

“i.. i.. iyaa.. maaf banget tadi gue buru2. Lu ga kenapa2 kn ?”

“gu..gu...gue ga kenapa2 kok jawabku dengan terbata2. Aku sangat terpesona dengan pria tsb, dia lumayan ganteng.”

“bener gapapa ?”

“iyaa gapapa kok.”

“Maaf banget yaa, kenalin gue ferdy, lu siapa ?”

“Gue vasa, jawabku dengan muka bengong seperti baru pertama melihat pria ganteng dihadapanku.”

“Oh yaudah kalo gitu, gue kesana dulu yaa. Maaf sekali lagi.”

“Masih dengan muka bengong aku hanya mengiyakan apa yg dikatakan pria itu.”

“Aaaaaaaaaaaaaaaaa gue suka sama dia, gue penasaran sama diaaa teriakku yang menghebohkan pengunjung seisi mall.”

******

“Chikaaa lu kemana aja tadi ? gue tungguin tapi ga dateng2 juga lu.”

“Hahaha maaf tadi gue ga sempet nelpon lu, lagi sibuk bantuin nyokap. Ucap chika tanpa rasa bersalah.”

“Ehh ngomong2 tadi gue ketemu cowo yang cakep banget, dia ga sengaja nabrak gue. Terus dia nanyain nama gue deh hahaha.”

“Yee dasar lu mah, ga bisa ngeliat cowo cakep dikit aja.”

“Hahaha kan namanya juga cewe kaliiiiii, gue masih normal masih mau ngeliat cowo cakep.”

“Iyaa aja deh, inget udah punya cowo.” jawab chika dengan pasrah
“Iyaa tenang aja hehe.”

Chika adalah sahabat karibku semenjak kita smp. Kita berteman sudah sangat lama hingga sekarang kita SMA. Kita selalu bersama termasuk urusan sekolah, aku dan dia kini sekolah di SMAN 7 Bogor.

*****

Liburan telah usai, seperti biasa aku masuk ke sekolah walaupun sedikit malas. Aku berangkat lebih pagi hari ini, berharap ada sesuatu yang membuatku senang. Aku menuju ke sekolah dengan sepeda fixy yang kupunya.

“Pagi pak, sambutku pada satpam yang sudah berdiri di gerbang sekolah.”

“Pagi juga neng. Balas satpam itu dengan senyum yang tidak mengalihkan duniaku hahaha”

Aku langsung berlari ke kelas, saat itu kelas masih sangat sepi.  Biasalah kebiasaan anak ips yang suka ngaret. Aku langsung duduk di bangku ku sambil mendengarkan lagu Selena Gomes yang ‘ I Love You Like a Love Song’. Aku pun hanyut dalam lagu tersebut sambil menyanyikan beberapa bait yang aku hafal.

“Vasaaaaaaaaaaaaaaa ............” teriak Chika yang membuat lamunanku berakhir tragis dengan teriakannya yang mematikan itu.

“Apa sih chik ? ga usah teriak teriak napa ?!”

“Hehe maaf, maklum hari pertama sekolah jadi semangat. Ehh mana cowo lu, kok ga keliatan ?”

“Ga tau, ada dikelasnya mungkin.”

“Lu ga nyamperin ?”

“Engga ahh, males.”

“Yee lu mah, emang kaga kangen apa seminggu ga ketemu ?”

“Kangen sih, tapi ga terlalu hahaha.”

“Yee dasar lu, sama cowo sendiri aja gitu. Kasian tuh dia di cuekin mulu sama lu.”

“Hahaha selow aja, udah biasa dia. Udah dateng tuh Bu Yayu.”

Bu Yayu datang dengan membawa seseorang, sepertinya dia anak baru. Lalu bu yayu menyuruh anak baru tersebut memperkenalkan diri. Namanya Ferdy.

 “Ehh chik, kayanya gue kenal deh sama tuh orang, aku mencoba mengalihkan pandangan kepada anak baru itu.”

“Kenal dimana emang lu ?”

“Dia kn yang gue ceritain ke lu, yang nabrak gue di mall. Cakep kn ? hehe”

“Ohh itu yang lu ceritain, biasa aja ahh kata gue mah. Inget, lu kn udah punya cowo, mau gua aduin apaa ?”

“Hahaha janganlah, gua kn cuma bercanda”

*****

Hari ini sepulang sekolah aku ada janji dengan Vian, kekasihku. Seperti biasa dia menungguku yang belum pulang di depan kelas. Dia tersenyum padaku, aku sangat merindukan senyuman itu.

“Udah pulang neng ? jadi maen ga ?”

“Jadi dong, ke Botas yuukk.”

“Okee.”

Di botas kita selalu mengelilingi mall tersebut terlebih dahulu, itu adalah kebiasaan kita agar bisa bertemu lebih lama hehehe. Vian lalu mengajakku menonton film di bioskop, tanpa basa basi aku langsung mengiyakan tawarannya. Saat itu aku memilih film Sherlock Holmes,  aku lalu memilih tempat duduk yang ditengah. Film ini berlangsung 1 setengah jam, aku dan vian menonton dengan ditemani pop corn dan minuman fanta kesukaanku.

******

Entah kenapa hari demi hari, aku semakin dekat dengan Ferdy, anak baru sekaligus orang yang menabrakku di mall seminggu yang lalu. Tanpa sengaja, dia mengajakku jalan jalan saat hari minggu. Aku tidak bisa menolak tawaran tersebut, toh kita cuma sebatas teman. Tanpa sepengetahuan Vian aku pergi berdua dengan Ferdy, aku sangat nyaman berada di dekat dia. Tawa canda selalu ada sepanjang kita jalan jalan. Tiba tiba perasaan itu muncul, sama seperti dulu sewaktu aku menyukai Vian. Kenangan bersama Vian terlupakan olehku dengan mudah, oh dunia begitu jahatnyakah diriku hingga aku harus menyayangi 2 orang sekaligus, bagaimana perasaan Vian kalau dia tau perempuan yang selama 1 tahun berpacaran dengan dia berselingkuh di belakang dia ?

Sampai sejauh ini, aku selalu bersama dengan ferdy di luar jam sekolah. Vian belum mengetahui kebersamaanku. Hari ini Vian mengajakku jalan jalan, ajakan itu terpaksa aku tolak karena aku telah membuat janji dengan Ferdy. Aku tau Vian sangat kecewa tapi aku juga tidak bisa membatalkan janji itu. Ketika sedang asyik jalan jalan dengan Ferdy, tba- tiba Vian datang menghampiriku dan dia tersenyum, aku tau senyumannya itu penuh arti. Dia memang orang yang baik, aku jadi merasa bersalah telah menyakitinya.
Masih dengan senyuman mautnya itu dia berkata pada ku “Sa, makasih yaa buat semuanya.” Lalu dia pergi begitu saja tanpa mempedulikan aku yang terus memanggilnya.

“Vi...vi...vi...viaaaaannnnn maafin gue, gue tau gue salah udah ngeboongin lu selama ini.” Jawabku dengan menahan tangis

Semenjak itu vian tidak pernah menemuiku, kalaupun ketemu pasti dia menjauh dariku. Aku jadi tidak semangat buat ke sekolah, serasa ada yang hilang dari hidupku. Istirahat kali ini aku hanya di kelas, sama sekali tidak terasa lapar perutku, mungkin aku sedang merasakan galau sama seperti teman temanku bilang. Aku mengambil kertas dan tanpa sengaja aku menulis sebuah puisi

all about us 

mungkin 
aku adalah orang yang paling bahagia karena bisa memilikimu 

Mungkin 
kamu adalah orang yg paling sabar menghadapi sikapku 

mungkin 
aku lebih sering melukai perasaanmu 

mungkin 
kamu lebih menyayangi aku dibanding aku menyayangi kamu 

mungkin 
kamu lebih memperhatikan diriku dari pada aku memperhatikan dirimu 

mungkin 
kamu adalah orang kedua setelah orang tuaku yg mencemaskanku ketika aku sakit 

mungkin 
kamu adalah sosok lelaki yg selalu berusaha membuatku bahagia 
tanpa mempedulikan apa yg akan terjadi pd dirimu 

mungkin 
kamu adalah lelaki yg memiliki gengsi yg tinggi ketika akan tidur duluan 

mungkin 
kamu adalah orang yg sering memarahiku ketika aku menyembunyikan sesuatu dari diriku 

mungkin 
aku adalah orang yg paling lemah dihadapanmu 

mungkin 
aku adalah orang yg paling bosan mendengar gombalanmu, but i like it 

mungkin 
kamu adalah orang yg paling melarangku bermain hujan-hujanan 

mungkin 
aku adalah wanita yg tidak peduli padamu 

mungkin 
aku tak bisa sesempurna wanita lain 

mungkin 
aku hanya bisa berharap kamu adalah baterai dan aku adalah jamnya. Karena tanpa baterai aku akan mati 

mungkin
aku akan menangis ketika harus kehilangan dirimu

mungkin 
aku dan kamu bisa bersama selamanya 

mungkin 
kamu akan tertawa membaca puisi ini karena ini semua tentang kita

Perlahan air mataku jatuh satu persatu, chika yang melihatku hanya bisa bilang sabar dan mengusap air mataku . Aku seperti kehilangan sosok yang dulu pernah jadi semangat hidupku. Berulang kali aku meminta maaf pada vian, Vian memang sudah memaafkanku tetapi dia belum bisa menerimaku lagi dalam hidupnya.

*****

Hingga saat ini, aku belum bisa memaafkan Vasa yang pernah menyakitiku. Aku merasa kehilangan dia, tapi aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Aku sayang sama dia, mungkin aku kira dia lebih bahagia dengan orang lain tanpa aku.

Di waktu yang sama, aku pun memikirkan kesalahanku pada Vian. Aku pasrah, hanya bisa menangis dan menangis. Aku bingung gimana caranya agar Vian mau menerima aku lagi jadi kekasihnya, sudah berulang kali aku meminta maaf padanya.

*****

Hari berlalu begitu saja, sampai saat ini Vian belum pernah menegurku apa lagi menghubungiku. Hari ini aku akan pergi sendiri ke Mall Botas, aku teringat Vian yang tersenyum padaku ketika aku ketahuan berjalan berdua bersama Ferdy, aku juga teringat saat saat aku bersama Vian, nonton film, keliling mall yang cukup besar. Oh Tuhan, sulit bagiku melupakan kenangan itu. Lamunanku tiba tiba harus terhenti, suara seorang laki-laki yang memanggil namaku membuat aku terbangun dari lamunanku.

“Vasa...”

Sambil mengusap air mataku aku menoleh ke belakang, aku melihat sosok yang mirip Vian.
“Viaann“ ucapku kaget karena dia ada di belakangku. Vian lalu duduk di sebelah aku, bangku dimana dulu dia mengungkapkan cintanya padaku.

“Maafin gue yaa sa, gue terlalu egois jadi cowo. Gue tau gue ga bisa hidup tanpa lu, gue cape kalo harus pura pura bohongin perasaan gue ke lu, gue sayang banget sama lu. Lu maukan jadi cewe gue lagi ?”

Dengan muka setengah tidak percaya aku menjawab “ seharusnya gue yang minta maaf, gue yang salah, gue yang udah nyakitin lu, gue udah ngeduain lu, gue udahh...

Vian memotong omonganku, “ Semuanya udah terjadi, ga ada yang perlu disesalin. Sekarang yang terpenting gue sama lu bisa pacaran lagi, gue harap kejadian itu ga pernah terulang lagi.”

Itulah yang aku suka dari Vian, sosok laki-laki yang bijak. Dia sangat mengerti aku. Mulai saat ini aku berjanji pada Vian tidak akan menyakitinya lagi. Vian langsung memelukku tanpa peduli orang- orang akan melihat kita. Aku rindu pelukan hangat itu. Terima kasih Tuhan, berkat kau aku bisa kembali dengan orang yang menjadi semangat hidupku.

----- Selesai -----